21 November 2008

evaluasi hasil belajar

INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR
Oleh
Winarno

A. Pendahuluan
Evaluasi merupakan salah satu komponen system pembelajarn/pendidikan. Hal ini evaluasi berarti, evealuasi merupakan kegiatan yang tak terelakan dalam setiap kegiatan/proses pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran.
Kelemahan pokok pengukuran hasil belajar di lembaga pendidikan pada umumnya tidak terletak pada bentuk dan tipe butir soal yang digunakan, tetapi terutama terletak pada bentuk dan kemampuan guru/dosen/dosen untuk mengkonstruksi butir soal dengan baik. Butir soal tipe apapun baik butir soal uraian maupun butir soal objektif dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar bila butir soal tersebut dikonstruksi dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.


Kesalahan umum lainnya yang menyebabkan orang awam banyak melemparkan kritik tidak proposional terhadap tes ialah anggapan yang melihat tes buka sebagai alat ukur, tetapi terutama sebagai alat pendidikan yang terpenting dalam proses pendidikan. Fungsi utama tes hasil belajar adalah mengukur keberhasilan belajar sesorang atau sekelompok siswa atau mahasiswa. Sebagai contoh seorang mahasiswa yang tidak pernah dilatih mengarang, tidak akan menjadi orang yang tahu menyusun karangan dengan baik, walaupun diberikan beberapa kali tes bentuk uraian. Sebaliknya, seorang mahasiswa yang telah terlatih untuk mengeluarkan pikirannya secara tertulis dengan baik, sekalipun dites dengan butir soal objektif akan tetap, tidak akan kehilangan kemampuan ekspresinya.
Dengan demikian, paparan singkat ini akan mencoba membahas dan mengurai mengenai instrumen evaluasi hasil belajar yang memiliki posisi penting dalam evaluasi hasil belajar untuk mengetahui seberapakah perolehan siswa/mahasiswa dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran.

B. Instrumen Evaluasi Hasil Belajar
Instrumen evaluasi hasil belajar adalah alat yang dipakai untuk mengambil atau merekam data hasil belajar. Instrumen evaluasi hasil belajar dibagi menjadi instrumen evaluasi bentuk soal atau tes dan bentuk non-soal atau non-tes. Instrumen evaluasi untuk ujian adalah soal; yang dapat berupa soal bentuk objektif atau soal bentuk uraian. Pembagian ini berdasarkan pada bentuk pertanyaanya. Bentuk bentuk instrumen evaluasi untuk teknik evaluasi jenis non-ujian adalah pedoman observasi, daftar cek, skala lajuan untuk teknik evaluasi observasi, pedoman wawancara untuk teknik evaluasi wawancara, serta lembar angket, skala sikap untuk teknik evaluasi angket.
Sebagaimana kita ketahui bahwasanya hasil belajar meliputi kompetensi kognitif, kompentensi afektif dan kompetensi psikomotorik. Instrumen evaluasi hasil belajar berbentuk soal atau tes dan bentuk non-soal atau non-tes.
B.1. Evaluasi hasil belajar berbentuk soal atau tes.
Evaluasi hasil belajar berbentuk soal atau tes terdiri dari soal uraian dan soal objektif. Dipandang dari penyusunnya, soal atau tes dapat dibedakan menjadi soal buatan guru/dosen dan soal yang standar. Soal buatan guru/dosen adalah soal yang disusun sendiri oleh guru/dosen yang akan mempergunakan soal tersebut. Soal buatan guru/dosen disusun dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah menguasai materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru/dosen. soal yang standar adalah soal yang sudah memilki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan percobaan-percobaan terhadapsampel yang cukup besar dan representatif. Soal standar disusun oleh para ahli dibidangnya dan telah diuji-cobakan secara berulang-ulang.


B.1.1. Soal Tertulis Uraian
a. Pengertian soal uraian
Yang dimaksud dengan tes uraian dalam tulisan ini adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Arikunto (1990 : 161; Nurkancana, 1986 : 41-42) mengatakan soal uraian merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata yang relative panjang. Ciri-ciri pertanyaan atau perintah soal uraian diawali dengan kata-kata seperti jelaskan, bagaimana, mengapa, bandingkan, jabarkan, kemukakan dan lain sebagainya. Cirikhas yang lain adalah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkonstruksi butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta tes.

b. Kelebihan dan kekurangan tes uraian
Kelebihan, antara lain :
1. Cara menyusunnya lebih mudah daripada sol objektif.
2. Mengevaluasi hasil belajar yang kompleks, yang tidak dapat dievaluasi dengan soal objektif.
3. Peserta didik tidak dapat menebak jawaban.
4. Tes uraian sangat menekankan kemampuan menulis.
5. Tes uraian lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar.
Kekurangan, antara lain :
1. Untuk koreksi diperlukan waktu lama.
2. Materi yang tercakup terbatas.
3. Subjektifitas tinggi.
4. Jawaban peserta tes kadang-kadang disertai dengan ”bualan”.
5. Kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis menjadi hal yang paling utama membedakan prestasi belajar antar siswa/mahasiswa.

c. Klasifikasi Tes Uraian
Tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes uraian bebas/tes uraian terbuka (extended response) dan tes uraian terbatas (restricted responses). Pembedaan kedua jenis tes uraian ini adalah besarnya kebebasan yang diberikan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan, menulis dan menyatakan atau mengekspresikan pikiran dan gagasannya.
1. Tes uraian bebas (Extended response).
Pada soal uraian bebas, peserta tes bebas untuk menjawab soal dengan cara danm sistematika sendiri. Jawaban peserta tes terhadap soal tersebut bersifat menyebar (divergen). Ragam butir soal ini ada dua, yaitu soal uraian bebas sederhana dan soal uraian bebas ekspresif.
Contoh soal :
Uraikanlah peranan teknologi pembelajaran dalam mengatasi masalah belajar.
Uraikanlah peranan pemuda dalam perjuangan mencapai kemerdekaan indonesia sejak tahun 1908 sampai dengan tahun 1945. Dalam uraian Anda hendaknya terdapat contoh-contoh organisasi pemudayang ada pada masa itu beserta para pemimpinnya .
2. Tes uraian terbatas (Restricted response).
Pada soal uraian terbatas, jawaban peserta tes dibatasi oleh rambu-rambu yang ditentukan dalam butir soal. Ini berarti bahwa jawaban peserta tes bersifat memusat (konvergen). Soal bentuk ini dapat berupa soal uraian melengkapi, soal uraian jawaban singkat, dan soal uraian terbatas sederhana.
Contoh soal :
Sebutkanlah Liama kawasan teknologi pembelajaran. Pilihlah salah satu kwasan teknologi pembelajaran yang anda kuasai, definisikan dan berikanlah tiga contoh pelaksanaannya dalam bidang pendidikan.

d. Pemberian skor.
Jawaban soal uraian diskor dengan cara menyusun kunci jawaban terlebih dahulu, yang sifatnya berjenjang, artinya setiap langkah jawaban diberi skor. Skor total adalah jumlah skor setiap tahapan. Perlu juga ditentukan bobot skor dari masing-masing jawaban. Untuk keperluan tersebut perlu dibuat pedoman penskoran atau marking scheme.

Menurut, Gronlund (1985) memberikan saran dalam pemberian skor untuk soal uraian sebagai berikut :
1. Siapkan lembar jawaban yang berisi point-ponit pokok, karakteristik jawaban yang akan dievaluasi.
2. Mengunakan metode penilaia yang paling tepat.
3. Tentukan bagaiamana mengatasi faktor jawaban yang irasional dari peserta didik yang sedang dites.
4. Evaluasi seluruh jawaban siswa pada satu soal sebelum melanjutkan ke jawaban soal berikutnya.
5. Evaluasi jawaban tanpa melihat nama peserta didik.

e. Petunjuk penyusunan butir soal uraian
1. Materi soal uraian hendaknya merupakan materi yang tidak cocok diukur dengan soal objektif.
2. Setiap butir soal hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami sehingga tidak menimbulkan kebimbangan kepada peserta tes.
3. Jangan memberikan kesempatan kepada peserta tes untuk memilih beberapa butir soal dari soal yang diberikan.
4. Butir soal hendaknya mengarah kepada kompetensi kognitif yang tinggi.




B.1.2. Soal Tertulis Objektif
a. Pengertian soal tertulis objektif.
Yang dimaksud dengan butir soal objektif adalah butir soal yang telah mengandung jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes. Jadi jawaban telah disediakan oleh pengkonstruksi butir soal. Peserta hanya harus memilih jawaban dari jawaban yang telah disediakan. Arikunto (1990 : 163), Mengatakan tes objektif adalah tes yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan memilih salah satu alternative yang benar dari sejumlah alternative yang tersedia, atau dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol. Dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif.
Sukardjo mengatakan tes objektif terdiri atas sejumlah butir soal. Butir soal objektif adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang alternatif jawabannya telah disediakan. Peserta didik diminta memilih salah satu alternatif jawaban yang paling benar.
b. Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan, antara lain :
1. Koreksi pekerjaan peserta didik mudah.
2. Materi bidang studi yang dicakup luas.
3. Objektivitas tinggi.
Kekurangan, antara lain :
1. Cara menyusunnya sukar dan lama.
2. Hanya sesuai untuk mengukur hasil belajar pada dimensi proses
kognitif tingkat mengingat.
3. Ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban.




c. Bentuk soal objektif
1. Objektif benar-salah.
2. Objektif menjodohkan.
3. Objektif pilihan ganda.

d. Pemberian skor
Jawaban soal objektif dapat diskor dengan mudah dan bersifat objektif. Umumnya dipakai dasar bila jawaban butir soal benar, skor adalah 1 sedangkan bila jawaban butir soal salah, skor adalah 0.

e. Petunjuk penyusunan butir soal pilihan ganda
1. Berilah petunjuk mengerjakan soal yang jelas.
2. Jangan memnasukkan materi yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
3. Pernyataan pada soal merumuskan persoalan yang jelas dan berarti.
4. Pernyataan dan option merupakan kesatuan kalimat yang tidak terputus.
5. Panjang option pada suatu soal hendaknya lebih pendek daripad
stemnya.
6. Usahakan agar stem dan option tidak mudah diasosiasikan.
7. Dalam penyusunannya, pola kemungkinan jawaban yng benar
hendaknya jangan sistematis.
8. Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.

B.2. Evaluasi hasil belajar berbentuk non-soal atau non-tes.
Informasi hasil belajara siswa/mahasiswa tidak hanya dapat diperoleh melalui tes, tetapi dapat juga diperoleh melalui alat pengukuran bukan tes seperti 1). pedoman observasi, 2). daftar cek 3). skala lajuan 4). pedoman wawancara 5). lembar angket dan 6). skala sikap
1. Pedoman observasi
Pedoman observasi banyak dipakai untuk melakukan evaluasi kegiatan eksperimen di laboratorium. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, dua diantara yang terpenting adalah adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

2. Daftar cek
Daftar cek adalah suatu daftar yanga berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat menjamin bahwa observer mencatat tiap-tiap kejdian yang betapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam aspek yang dicantumkan dalam daftar cek, kemudian observer tinggal memberi tanda cek (V) ada tidaknya tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya.


Beri tanda V jika :
1. Permasalahan yang dibahas terumuskan dengan jelas.
2. Ada relevansi dengan permasalahan yang dibahas.
3. Uraian luas dan mendalam.
4. Uraian jelas dan tidak salah konsep.
5. Uraian disampaikan dengan lancar.
6. Sanggahan/argumentasi logis dan kuat.
7. Bahasa baik dan benar.

3. Skala lajuan
Dalam daftar cek hanya dapat dicatat ada tidaknya variable tingkah laku tertentu, sedangkan skal lajuan gejala-gejala yang akan diobservasi disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya mengukur secara mutlak ada atau tidaknya variable tertentu, tetapi lebih jauh dapat diukur bagaimana intensitas gejalanya.


4. Pedoman wawancara
Bentuk-bentuk pertanyaan dalam wawancara :
a. bentuk pertanyaan terstruktur, yaitu pertanyaan yang menuntut agar jawaban sesuai dengan apa yang terkandugn dalam pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ioni biasanya digunakan jika masalahnya tidak terlalu kompleks dan jawabannya sudah konkret.
b. Bentuk pertanyaan tak terstruktur, yaitu pertanyaan yang bersipat terbuka dimana responden secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan semacam ini tidak memberi struktur jawaban kepada responden karena jawaban dalam pertanyaan itu bebas.
c. Bentuk pertanyaan campuran, yaitu pertanyaan yang menuntut jawaban campuran, ada yang terstruktur dan ada pula yang bebas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Hubungan baik antara interviewer dengan yang diwawancarrai perluy dipupuk dan dibina sehingga akan tampak hubungan yang sehat dan harmonis.
b. Dalam wawancara yang terlalu kaku, tunjukan sikap yang bebas, ramah, terbuka dan adaptasikan diri dengan nya.
c. Perlakukan responden itu sebagai sesame manusia secara jujur.
d. Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga pertanyaan-pertnyaan yang diajukan bersifat netral.
e. Pertanyaan hendaknya jelas, tepat dan sederhana.

5. Lembar angket
Lembar angket adalah alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau
informasi. Dipandang dari bentuknya, angket dibagi menjadi :
1. Angket berstruktur, yaitu angket yang menyediakan kemungkinan jawaban.
Bentuk angket berstruktur dibagi lagi menjadi :
a. Bentuk jawaban tertutup, yaitu angket yang pada setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban.
b. Bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternative jawaban terakhir diberikan secara terbuka. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab secara bebas.
c. Bentuk jawaban bergambar, yaitu angket yang memberikan jawaban dalam bentuk gambar.
2. Bentuk angket tak berstruktur ialah bentuk angket yang memberikan jawaban secara terbuka yang respondennya secara bebas menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini memang memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentng situasi, tetapi kurang dapat dinilai secara objektif. Jawabannya tidak dapat dianalisa secara statistik sehingga kesimpulannya pun hanya merupakan pandangan yang bersifat umum.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun angket :
a. Responden angket bukan orang yang berkepentingan, angket masalah kepala sekolah tidak diberikan kepada kepala sekolah tetapi kepada guru/dosen.
b. Setiap pertanyaan harus jelas, singkat, dan mudah dimengerti oleh responden.
c. Dalam menyebarkan angket, hendaknya dilampirkan petunjuk jelas tentang tujuan angket.
d. Hendaknya butir angket tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit.

6. Skala sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk menyenangi atau tidak menyenangi terhadap dunia sekitarnya, baik berupa orang-orang maupun berupa objek-objek tertentu. Untuk mengukur sikap, digunakan instrument yang disebut skala sikap.
Salah satu instrument skala sikap adalah skala sikap yang dikembangkan oleh likert. Untuk skala likert digunakan skala dengan lima angka. Skala 1 (satu) berarti sangat negatif dan skala 5 (lima) berarti sangat positif. Setiap pernyataan dalam skala likert harus menunjukan sikap positif atau negatif. Pernyataan yang menunjukan sikap netral tidak bermakna.
Contoh skala likert.
Sikap terhadap penggunaan hukuman di sekolah.
Petunjuk : jawablah semua butir soal dibawah ini, dengan kategori jawaban sebagai berikut :
SS = Sangat setuju.
S = Setuju
R = Ragu-ragu
TS = Tidak setuju
STS = Sangat tidak setuju.
1. Guru/dosen yang baik tidak pernah memukul siswa.
2. Siswa yang dipukul guru/dosen di sekolah akan bersikap negatif terhadap sekolah.
3. Siswa akan menghormati guru/dosen bila guru/dosen boleh memukul siswa yang bersalah.
4. Hukuman fisik dibutuhkan untuk menertibkan siswa dalam kelas.
5. ....dst.

C. Evaluasi Hasil Belajar Alternatif
Definisi evaluasi hasil belajar alternatif, yaitu :
1. Pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk evaluasi kinerja atau hasil belajar peserta didik.
2. Proses evaluasi kinerja perilaku peserta didik secara multi-dimensional pada situasi nyata (evaluasi otentik).
3. Evaluasi terhadap proses perolehan, penerapan pengetahuan, dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukan kemampuan peserta didik dalam proses maupun produk (evaluasi kinerja).


Instrumen evaluasi alternatif, antara lain :
1. Kumpulan hasil karya peserta didik (portofolio).
Portofolio adalah kumpulan hasil karya peserta didik seperti karngan, lukisan, dan lain-lain. Kumpulan hasil karya peserta didik selama satu semester dapat dijadikan bahan untuk menilai hasil karya tersebut. Namun tidak semua hasil karya peserta didik yang berbentuk porto folio dapat digunakan sebagai evaluasi portofolio.

Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar portofolio dapat digunakan sebagai evaluasi portofolio. Syarat tersebut ialah :
a. Merupakan landasan untuk mencapai tingkat penguasaan berikutnya.
b. Sebagai ranah yang harus dikembangkan.
c. Sebagai pencatatan kemampuan yang telah dicapai.
d. Sebagai bahan untuk penyempurnaan evaluasi.
e. Sebagai bahan untuk menyesuaikan kurikulum.
2. Hasil kerja peserta didik (product).
3. Penugasan terhadap peserta didik (project).
Tugas atau proyek yang dapat diberikan kepada peserta didik sangat bervariasi, misalnya merancang alat untuk distilasi minyak kayu putih dari daunnya, merancang alat untuk menunujukan pernafasan tumbuhan dan lain-lain.
4. Kinerja peserta didik (performance).

D. Kesimpulan
Instrumen evaluasi hasil belajar adalah alat yang dipakai untuk mengambil atau merekam data hasil belajar. Instrumen evaluasi hasil belajar dibagi menjadi instrumen evaluasi bentuk soal atau tes dan bentuk non-soal atau non-tes. Instrumen evaluasi untuk ujian adalah soal; yang dapat berupa soal bentuk objektif atau soal bentuk uraian. Pembagian ini berdasarkan pada bentuk pertanyaanya. Bentuk bentuk instrumen evaluasi untuk teknik evaluasi jenis non-ujian adalah pedoman observasi, daftar cek, skala lajuan, pedoman wawancara, serta lembar angket, skala sikap untuk teknik evaluasi angket.
Disamping itu juga terdapat instrumen evaluasi hasil belajar alternatif , yaitu portofolio, product, project, dan performsnce.

E. Referensi
Arikunto, Suharsimi. (1990). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: P.T Bumi Aksara.

Asmawi Zainul & Noehi Nasuition. (2001). Mengajar di perguruan tinggi; Penilaian Hasil Belajar. Jakarta:PAU-PPAI, Universitas Terbuka.

Gronlund, Norman,E. (1985). Measurement and Evaluation in Teaching. New York: Mc. Millan Publishing Company.

Mehrens, W.A. & I. J. Lehmann. (1984). Measurement and Evaluation. New York: Holt, Reinhart and Winston.

Nurkancana, Wayan & P.P.N. Sumartana. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Sukardjo. (2008). Hand-book Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran. Yogjakarta.

Sutrisno Hadi. (1986). Methodology Research, Jilid 1,2 Yogjakarta: UGM.Press



Tidak ada komentar: